SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI
RSS

Selasa, 18 Juni 2013

Tugas Psikologi Kepribadian TEORI HUMANISTIK DAN SOCIAL LEARNING THEORY SEBAGAI PEMBENTUK KEPRIBADIAN (Arlinda Mega Yana Akbar)

Dalam teori humanistik menegaskan adanya kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan dalam menyatakan diri (self realization). Pandangan humanisme yakin bahwa manusia memiliki potensi di dalam dirinya untuk berkembang sehat dan kreatif. Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan pada holisme yaitu pandangan yang menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, jadi apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi bagian lainnya. Pendekatan humanistik berfokus pada siafat dasar manusia yang kreatif, spontan dan aktif. Pendekatan ini biasanya bersifat optimis ketika memberikan focus pada kapasitas manusia dalam mengatasi masalah dan keputusasaan. Tetapi, pendekatan ini terkadang bersifat pesimis ketika harus memikirkan tentang kesia-siaan dari perilaku manusia. Kehidupan berkembang saat orang menciptakan dunia mereka sendiri. Pandangan ini sering kali mengubah manusia dari “being” menjadi “becoming”, maksudnya, kepribadian yang sehat akan melakukan usaha aktif menuju pemenuhan diri. Ditambah lagi, pendekatan humanistik mengadopsi pemikiran eksistensial bahwa keberadaan kita terutama berasal dari relasi kita dengan manusia lain. Adapun beberapa pandangan beberapa ahli yang mengembangkan ilmu mereka berlandaskan teori humanistic adalah :


•    Erich Fromm
Fromm lahir dari keluarga yang beragama Yahudi Ortodoks. Walaupun Formm mempelajari psikoanalisis di Berlin, ia tidak lagi menggunakan pendekatan tersebut dan mulai menekankan pengaruh faktor sosial dan masyarakat terhadap kepribadian. Pendekatan Formm, terkadang disebut humanism dialektika, dimana ia berusaha menyatukan dorongan biologis dan tuntutan masyarakat dengan keyakinan bahwa manusia dapat melakukan transendensi dan menjadi orang yang spontan, kreatif dan penuh kasih. Sejalan dengan asumsi being-in-the-world dan kehendak bebas, Erich Formm menemukan bahwa perilaku manusia tidak disebabkan oleh dorongan dari dalam diri ataupun oleh tuntutan masyarakat, tetapi lebih disebabkan oleh kesadaran seseorang yang memiliki kebutuhan tertentu dalam suatu jaringan tuntutan masyarakat. Kepribadian yang paling matang adalah kepribadian yang dapat memenuhi tuntutan umum hidup serta menciptakan identitas positif dan aktif, yang melibatkan cinta yang produktif dan saling menghargai orang lain. Orang mencapai orientasi produktif saat mereka berhasil memperkaya dunia melalui usaha kreatif dan etika kemanusian mereka sendiri.
Menurut teori Formm cinta adalah seni. Cinta bukanlah keadaan yang seseorang alami, ataupun sekedar fenomena semu yang tidak memiliki arti nyata. Cinta membutuhkan pengetahuan, usaha dan pengalaman. Kapasitas untuk mencintai harus dikembangkan dengan kerendahan hati dan disiplin. Menurut Formm, cinta adalah jawaban untuk pertanyaan mengenai masalah eksistensi manusia. Cinta membuat kita mampu mengatasi keterasingan kita dari orang lain, tetapi dengan tetap menjaga integritas individual kita. Fromm mengemukakan bahwa cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif. Oleh karena itu, pendekatan Formm tentang manusia yang sehat dan utuh digambarkan melalui “karakter produktif”, yang berusaha melampaui konteks biologis dan masyarakat, dan yang menggunakan otaknya untuk mencintai dan berkreasi dalam cara manusia yang unik.
•    Carl Rogers
Carl Rogers, lahir pada tahun 1902 dan dibesarkan dalam atmosfer keluarga Kristen yang kaku yang memiliki kekeluargaan yang erat. Carl Rogers, seorang psikolog humanistic yang memiliki pengaruh besar. Rogers percaya bahwa orang memiliki kecenderungan bawaan kea rah pertumbuhan dan kedewasaan. Tetapi kedewasaan ini bukan pasti akan dicapai. Orang mendapatkan pemahaman diri melalui lingkungan psikososial yang sportif. Walaupun orang bebas untuk melatih control atas diri mereka sendiri, mereka harus berjuang untuk dapat mengambil alih tanggung jawab ini bagi diri mereka. Kunci utama sudut pandang Rogers adalah bahwa orang cenderung berkembang ke arah yang positif. Dengan kata lain, mereka akan memenuhi potensi mereka kecuali kalau mereka mengalami rintangan. Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang memiliki konsep diri luas yang mampu memahami dan menerima berbagai perasaan dan pengalaman. Kontrol diri yang berasal dari dalam diri seseorang lebih sehat daripada control yang dipaksakan dan berasal dari luar. Sebagai tambahan, Rogers memakai menjadi pendekatan fenomenologis yang mengharuskan individu mendefinisikan berbagai isu penting. Fokus pendekatan humanistic terletak pada apa yang disebut experiencing person. Yang perlu diperhatikan adalah diskrepansi antara apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya dengan total keseluruhan pengalaman yang ia alami. Ketidakmampuan untuk menerima aspek mengenai diri sendiri merupakan penghalang pertumbuhan pribadi. Dari sudut pandang Rogers, merupakan hal yang sangat penting bagi kita untuk menerima diri kita sebgaimana adanya. Walaupun kita sampai memiliki ide mengenai seharusnya diri kita, Rogers mengatakan bahwa tiap orang harus “menjadi diri mereka sendiri”. Kepribadian yang sehat dapat mempercayai pengalamannya sendiri dan menerima kenyataan bahwa orang lain berbeda dengan dirinya. Menurut Rogers, kecemasan eksistensial dan konflik dari dalam diri sering kali muncul saat kita memakai topeng dan berusaha mengikuti harapan orang lain.
Inti dari konsep dalam teori kepribadian Rogers adalah diri (self). Diri atau konsep-diri Rogers, menjadi inti teorinya. Diri terdiri dari semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang mengkarakterisasi “saya” atau “aku” serta mencakup kesadaran “apa saya” dan “apa yang dapat saya lakukan.” Selanjutnya diri yang dihayati ini mempengaruhi persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya. Menurut Rogers, individu menilai setiap pengalaman berkaitan dengan konsep diri. Orang ingin bertindak dalam cara yang konsisten dengan citra dirinya dan pengalaman serta perasaan yang tidak konsisten adalah hal yang mengancam dirinya dan tidak diterima oleh kesadaran. Semakin banyak pengalaman yang disangkal oleh seseorang karena tidak konsisten dengan konsep dirinya, semakin lebar jurang antara dirinya dan realita dan semakin besar kemungkinan timbulnya ketidakmampuan menyesuaikan diri. Seorang individu yang konsep dirinya tidak sejalan dengan perasaan dan pengalaman pribadi harus melindungi dirinya sendiri dari kebenaran karena kebenaran akan menyebabkan kecemasan. Jika ketidaksesuaian itu menjadi terlalu besar, pertahanan mungkin runtuh, menyebabkan kecemasan yang berat atau gangguan emosional lainnya. Sebaliknya, orang yang mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang konsisten dengan pikiran, pengalaman, dan perilaku dimana diri tidak kaku tetapi fleksibel, dan dapat berubah saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita semua memiliki konsepsi jenis orang yang diri kita inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata, semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang besar antara diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang yang tidak puas dan gembira. Rogers yakin bahwa orang kemungkinan menjadi sepenuhnya fungsional jika mereka dibesarkan dengan penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti mereka merasa dirinya dihargai oleh orang tua dan orang lain walaupun perasaan, sikap, dan perilakunya tidak ideal. Jika orang tua hanya memberikan penghargaan positif dengan syarat, maka anak kemungkinan mengalami distorsi konsep dirinya. Semakin orang didorong untuk menyangkal perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai orang lain, semakin tidak nyaman perasaan tentang dirinya sendiri. Rogers menyatakan bahwa pendekatan terbaik bagi orang tua adalah mengenali perasaan anak sebagai sesuatu yang nyata sambil menjelaskan alasan mengapa perbuatan tersebut tidak dapat diterima.
•    Abraham Maslow
Ahli psikologi Abraham Maslow (1908-1970) membentuk teorinya sendiri dengan menyatakan bahwa terdapat hirarki kebutuhan yang meningkat dari kebutuhan biologis dasar ke motivasi psikologi yang lebih kompleks yang menjadi penting setelah kebutuhan dasar telah terpuaskan. Adapun tingkatan kebutuhan mulai dari kebutuhan dasar hingga ketuhan psikologis adalah sebagai berikut :
I.    Kebutuhan fisiologis : rasa lapar, haus dan sebagainya
II.    Kebutuhan rasa aman: merasa aman, bebas dari bahaya
III.    Kebutuhan dimiliki dan dicintai: bergabung dengan orang lain, diterima, dan dicintai
IV.    Kebutuhan harga diri: untuk mencapai, kompeten, dan mendapatkan persetujuan dan pengakuan
V.    Kebutuhan kognitif: untuk mengetahui, memahami dan mengeksplorasi
VI.    Kebutuhan estetik: simetri, keteraturan, dan keindahan
VII.    Kebutuhan aktualisasi diri: untuk menemukan pemenuhan diri dan menyadari potensi diri.
Kebutuhan di suatu tingkat setidaknya harus dipuaskan sebagian sebelum tingkat selanjutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Jika makanan dan keamanan sulit diperoleh, pemuasan kebutuhan itu akan mendominasi tindakan orang tersebut dan motif yang lebih tinggi menjadi kurang penting. Hanya jika kebutuhan dasar dapat dipuaskan dengan mudah maka individu akan memiliki energi dan waktu untuk dicurahkan pada bidang estetik dan intelektualnya. Upaya artistik dan ilmiah tidak tumbuh subur di masyarakat di mana anggotanya harus berjuang mendapatkan makanan, perlindungan, dan keamanan. Motif yang tertinggi yaitu aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi stelah semua kebutuhan itu dipenuhi. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self-fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat lakukan, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. Mereka mengekspresikan kebutuhan dasar kemanusiaan secara alami, dan tidak mau ditekan oleh budaya. Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hirarki kebutuhan, namun juga dapat dipandang sebagai tujuan final, tujuan ideal dari kehidupan manusia. Menurut Maslow, tujuan untuk mencapai aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Disamping itu manusia juga mempunyai dasar jalur perkembangan yang sehat untuk mencapai aktualisasi diri. Jadi orang yang sehat adalah orang yang mengembangkan potensi positifnya mengikuti jalur perkembangan yang sehat, lebih mengikuti hakekat alami di dalam dirinya, alih-alih mengikuti pengaruh lingkungan di luar dirinya.
Banyak orang mengalami saat-saat transien aktualisasi diri, yang disebut Maslow pengalaman puncak (peak experiences). Pengalaman puncak adalah suatu pengalaman dimana individu mengalami suatu perasaan bahagia, terpesona, dan kepuasan yang luar biasa, seperti pengalaman keilahian yang mendalam dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendensi. Pengalaman puncak ini dapat terjadi dengan intensitas yang berbeda-beda dan dalam konteks yang berlainan antara lain aktifitas kreatif, apresiasi alam, hubungan akrab dengan orang lain, pengalaman parental, persepsi estetik, atau partisipasi atletik. Sepanjang mengalami hal itu, orang merasa sangat kuat, sangat percaya diri dan yakin. Pengalaman puncak itu mengubah seseorang menjadi merasa lebih harmoni dengan dunia, pemahaman dan pandangannya menjadi luas.
Dapat disimpulkan, aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih religious, mistikal, sholeh, dan mengagumkan disbanding dengan aktualisasi diri yang dicapai melalui pengembangan diri yang lebih praktis, membumi, terikat dengan urusan keduniaan.

2    Teori Belajar Sosial (Social-Lerning Theory)
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip dan teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “manusia“ itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus-stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
Strukrur Kepribadian
1)    Sistem Self (Self System)
Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi, dimana pusat atau permulaannya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsure psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinngi. Orang memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan ketidakseimbangan agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement)
Adapun faktor internal dalam regulasi diri adalah (1) Observasi diri, dilakukan berdasarkan faktor kualitas, penampilan, kuntita penampilan, orisinilitas tingkah laku dll, (2) Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgemental procces) adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktifitas, dan member atribusi performansi, (3) Reksi diri afektif (self response), tindakan mengevaluasi diri sendiri positif atau negative yang didasari pengamatan atau judgment, kemudian menghukum atau menghadiahi diri sendiri.
2)    Efikasi Diri
Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri dan hasilnya disebut ekspektasi hasil. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Sedang ekspektasi hasil merupakan perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.
Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni (1) pengalaman performansi (performance accomplishment) adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu, (2) Pengalaman vikarius, (3) Persuasi sosial, (4) Pembangkitan emosi.
Teori Peniruan (Modeling)
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1    Perhatian (Attention)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2    Mengingat (Retention)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3    Reproduksi gerak (Reproduction)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4    Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang; Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang
Friedman S. Howard & Schustack W. Miriam. 2006. KEPRIBADIAN Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga
Atkinson, dkk. 2002. Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas. Jakarta: Interaksara















0 komentar:

Posting Komentar